Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan putrinya sedang sibuk mewadahi susu.
Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga ketika melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.
Sang ibu bermaksud membujuk putrinya supaya mencampuri susu dengan air putih agar mendapatkan keuntungan yang besar. Namun putrinya menolak. Dia tidak mau hasil penjualan susu tercampuri dengan sesuatu yang haram. Seraya putrinya berkata, Bu, walaupun tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, tapi Allah Maha Melihat".
Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu. Lalu Umar bermaksud hendak memberikan hadiah kepada gadis tersebut.
Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu. Kemudian Khalifah Umar meminta putranya untuk menikahi gadis jujur tersebut. Dan Ashim bin Umar pun menerima tawaran tersebut.
Akhirnya Ashim bin Umar menikah dengan gadis penjual susu. Dari hasil pernikahannya lahirlah seorang gadis bernama Laila yang dikenal dengan sebutan Ummu Ashim. Dari Ummu Ashim, lahirlah seorang ilmuan sekaligus negarawan yang bijak, yang bernama Umar bin Abdul Aziz. Beliau terkenal seorang ilmuan sekaligus pemimpin Islam yang kharismatik.
Pada masa sekarang, masih adakah orang yang mau mempertahankan kejujurannya seperti gadis penjual susu di masa khalifah Umar bin Khathab?
Berlaku jujur dalam kehidupan adalah tuntunan kebutuhan, yang selalu di junjung di masyarakat apapun. Karena itu, tidak ada kehidupan yang bahagia, aman, tentram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, sang generasi harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi. Maka siapapun dalam hidup ini harus selalu melatih dan berproses untuk menjadi orang jujur. Dan secara logika, jujur itu bermanfaat bagi kehidupan manusia, bukan dalam hubungannya dengan sang pencipta, tetapi juga dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam semesta.
Memang sulit untuk selalu bersikap jujur dan bicara apa adanya kepada orang lain. Namun, mungkin itu jalan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain agar kita dapat berpikir dalam berbuat dan bertindak. Akan tetapi jangan terlalu apa adanya karena takut ada orang lain yang tersinggung dengan ucapan kita, kita harus pandai menyikapi dalam berkata jujur. Kebiasaan berkata jujur adalah cermin orang bermartabat, baik di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah SWT. Hidup menjadi tenang dan terarah.
Cobalah kita perhatikan orang yang selalu berkata jujur, tutur katanya sopan dan pembawaannya tenang. Akan tetapi, lain dengan orang yang suka dusta. seakan kebohongan menjadi senjata yang ampuh dalam menghindar dari satu masalah yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri.
Berusahalah untuk menjadi orang yang jujur, apa pun profesi jika. Jadi pedagang, pedagang yang jujur. Jadi pegawai, pegawai yang jujur. Jadi pejabat, pejabat yang jujur. Jadi pemimpin, pemimpin yang jujur. Agar masyarakat atau rakyat ini menjadi tenang dan makmur. Bukan malah sebaliknya, ada yang mengatakan hidup jujur tidak makmur, itu pandangan keliru. Karena kalau kita jujur, apapun pekerjaan kita, maka kita akan disenangi oleh banyak orang. Akan tetapi sebaliknya, bila kita selalu berbuat bohong, maka akan membuat hati resah dan selalu merasa salah karena selalu berbuat kebohongan.
Sikap jujur bukan hanya membuat hati kita tenang, tetapi membuat fisik kita akan lebih sehat. Hal ini pernah dilakukan penelitian oleh seorang ilmuan asal Amerika Serikat dari University of Notre Dame. Dia melakukan penelitian the science of the truth. Group peneliti ini dipimpin oleh Anita Kelly yang mempelajari bagaimana kebohongan dan kebenaran mempengaruhi kesehatan manusia.
Penelitian ini melibatkan 110 partisipan yang mempraktikan the science of the truth sekitar dua bulan. Partisipan dibagi dalam dua group. Group pertama dilarang untuk berbohong, dan group kedua diperintahkan untuk tetap hidup seperti biasa, bertindak sebagai diri mereka sendiri. Seminggu sekali, partisipan diminta berkumpul di laboratorium, di mana perilaku mereka terekam. Artinya, ketika mereka menyembunyikan kebenaran dan memilih diam atas apapun, serta ketika mereka mencoba meluruskan kesalahan informasi dari lawan bicara mereka.
Hasilnya secara jelas menunjukkan, mereka yang memberitahukan kebenaran, mulai merasa lebih sehat daripada mereka yang berbohong. Orang-orang yang tidak melakukan kebohongan mengaku, mereka mulai jauh dari keluhan sakit kepala, bisa lebih tenang, dan mereka bebas dari iritasi tenggorokan.
Fakta bahwa berbohong bisa mempengaruhi kesehatan juga didukung oleh pendidikan medis alternatif. Orang yang sering menahan apa yang seharusnya dikatakan dengan benar, akan mengalami tekanan pada tenggorokan sehingga menimbulkan penyakit. Kata-kata yang tak diucapkan kemudian dikirimkan oleh tubuh ke alam bawah sadar dan dapat keluar sebagai penyakit psikosomatik, di mana faktor psikologis memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan semua penyakit pada tubuh.
Mengatakan kejujuran, termasuk ketika di tempat kerja, di rumah, sekecil apapun, akan sangat berpengaruh pada suasana hati yang juga menentukan kesehatan fisik. Ketenangan yang didapat dari kejujuran bisa memperpanjang usia dan menjauhkan tubuh dari penyakit-penyakit yang tak seharusnya menghinggapi tubuh kita.
Semoga dengan kejujuran yang tertanam pada diri kita, apapun permasalahan hidup yang kita hadapi akan terasa ringan. Baik kehidupan rumah tangga, bermasyrakat dan juga bernegara. Wallaahu 'alam. (Ayat Priyatna Muhlis)